HADAPI MUSIM KEMARAU EKSTRIM TAHUN INI, PETANI KEBUN DI BANDUNG MINTA DIBANTU POMPA AIR


Jakartanewsonline.com— BMKG memperediksi kemarau ekstrim akan terjadi pada bulan Agustus tahun ini atau biasa disebut El Nino akan melanda Indonesia juga akan berdampak pada tanaman perkebunan dan tanaman pertanian lainnya. BMKG memprediksi El Nino atau musim panas ektrim akan melanda diberbagai daerah di tanah air. Petani kebun yang menanam prodak perkebunan seperti kelapa, kopi, pala, cengkeh dan produk tanaman kebun lainnya berharap ada bantuan pompa air dari pemerintah pusat untuk mengantisipasi datangnya kemarau ektrim.

Hal ini diungkapkan Dadang salah satu petani kopi dan petani kebun di kawasan Kabupaten Bandung dan sekitarnya. Ia dan petani kopi lainnya bersinergi dengan petani  untuk pengembangan tanaman di sela-sela tanaman kopi di lahannya. Ia juga berharap agar dapat bantuan pompa air untuk penyiraman tanamannya dari pemerintah pusat. Ia juga berharap ada jasama dengan pemerintah pusat dan daerah utamnya kementerian pertanian dari sisi pengembangan dan bantuan permodalannya juga pemasarannya.

Pantauan lapangan di Kabupaten Bandung Jawa Barat, Rabu (10/5/2023) bincang-bincang dengan para petani kebun ia berharap bisa mendapatkan bantuan pompa air dan bibit kopi dan pupuk dari pemerintah pusat dalam hal ini Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan),” katanya.

Saat ini petani kopi di kawasan Kabupaten Bandung terus mengenjot hasil pertanaman kopinya dengan berbagai terobosan seperti mempromosikan hasil kopinya dengan ikut pameran di berbagai tempat dan menawarkan hasil kopinya ke berbagai pabrik kopi kemasan dibeberapa daerah,” ungkap Dadang.

Ia juga sangat berharap pada pemerintah daeran dan pusat dari Kementerian Pertanian melalui Ditjenbun Pertanian Kementan untuk dapat membantu menyiapkan mesin untuk pegolahan kopi dan minta dibiyayai oleh Program KUR dari Kementan,” harapnya.

Perlu diketahui Data Dinas Pertanian Kabupaten Bandung mencatat kopi merupakan komoditas yang paling produktif dibanding komoditas perkebunan lainnya seperti teh, tembakau,kelapa dan cengkeh. Kabupaten Bandung memproduksi 6.606 ton kopi pada tahun 2018 dan 6.671 ton pada tahun 2019. Penambahan produktivitas tersebut linier dengan penambahan satu juta lahan kopi di Bandung setiap tahunnya. Bahkan Kabupaten Bandung dipilih menjadi major strategis nasional untuk komoditas kopi.

“Menurut Dadang Kopi sejak tahun lalu pengembangannya, mulai menanam sampai 1 juta per tahunnya. Nah karena terus ditanam, sekarang ini luasannya sekitar 11 ribu hektare di Kabupaten Bandung ini.

“Karena kan ini kebetulan di sini ini ada dikelilingi gunung, dataran tinggi, jadi mendukung menghasilkan kopi arabika yang berkualitas tinggi. Nah kalau bibitnya sih dari Medan, Sigarantang, tapi karena tempat dan cuacanya yang berbeda kan aromanya berbeda dibandingkan yang dari Medannya, jadilah unggulan,” imbuhnya.

Ia juga menjelaskan kebijakan dan promosi terus menerus yang dikeluarkan oleh Pemkab Bandung menjadi alasan mengapa Kopi Bandung dilirik oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian. Kebijakan itu berlaku dari hulu atau penanaman kopi hingga ke hilir seperti kontes kopi dan pemasaran.

Beberpa waktu lalu Direktur Jenderal Perkebunan Andi Nur Alam Syah mengatakan, untuk memperkuat perkebunan menghadapi berbagai tantangan kedepan, perlu kita bersama bersinergi dan berstrategi, salah satunya memperkuat program strategis dan menjaga melalui transformasi struktural serta perkuat kolaborasi,” kata Nur Alam

Direktorat Jenderal Perkebunan memiliki 7 program prioritas, seperti Logistik Benih Perkebunan (BUN500) yang terdiri dari Penguatan Nurseri dan Perbenihan Mandiri, Pengembangan Komoditas Berbasis Kawasan, Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Pengendalian OPT, Peningkatan Mutu dan Pengembangan Produk Baru Perkebunan, Perkebunan Partisipatif (PASTI) kegiatan terobosan dalam mendorong terciptanya investasi baru perkebunan dengan berbagai jenis kemudahan diantaranya kemudahan akses varietas unggul, produk perkebunan, informasi pasar ekspor, promosi, dll.

Ekosistem Perkebunan (EKSIS) Sistem yang terbangun oleh unsur-unsur yang mempunyai hubungan timbal balik yang saling terkait dalam suatu lingkungan perkebunan, misalnya Ekosistem Perkebunan terdiri dari petani, penyedia benih, penyedia pupuk, penyedia alsintan, pedagang, dan pengusaha, dengan didukung pengembangan platform digital dalam mendukung ekosistem perkebunan, dan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) melalui program Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan (Kesatria),” kata  Nur Alam.

Nur Alam juga menambahkan, Kita telah mengidentifikasi program pembangunan perkebunan, agar kedepannya tantangan dapat terselesaikan dengan tepat guna dan tepat sasaran.

Ia juga menjelaskan, Perlu memperkuat penangkar benih untuk menghadapi kondisi tanaman perkebunan yang sudah tua atau rusak. Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan terus berupaya membangun, melakukan penguatan perbenihan dan mendorong nursery perkebunan, salah satunya telah dilakukan nursery kelapa di Kab Batang Jawa Tengah beberapa waktu lalu.

Selain itu telah dilakukan upaya memperbaiki tata kelola kelapa sawit, diharapkan peraturan yang belum mengakomodir kebutuhan pengembangan perkebunan disesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan. Pemerintah mendorong petani yang sedang melakukan program PSR bisa turut menjalankan program kesatria, karena dapat membantu meringankan dalam menangani kendala dilapangan.“Semoga kedepannya program ini dapat menjadi pilihan dan memberikan manfaat bagi para petani, pelaku usaha perkebunan dan masyarakat,” harapnya.  (Bahar)

Berita Terkait

Top