HADAPI FENOMENA EL NINO, PEMBUATAN SUMUR DALAM DAN POMPANISASI JADI SOLUSI KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN DI CIANJUR
Jakartanewsonline.com, Cianjur- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak fenomena iklim El Nino atau musim kering akan terjadi bulan Agustus tahun ini. Diprediksi akan berdampak buruk pada tanaman petanian kita di Indonesia. Solusi dengan adanya fenomena El Nino ini, sebaiknya dilakukan pembuatan sumur dalam dan pompanisasi di lahan-lahan pertanian yang mengalami dampak kekeringan. Walaupun irigasi tersier kondisinya bagus tapi kalau tidak ada sumber airnya tetap saja tidak efektif pengairan sawah di lahan lahan pertanian.
Hal ini disampaikan oleh Asep salah satu petani di Kabupaten Cianjur Jawa Barat saat pantauan lapangan di Kabupaten Cianjur Jawa Barat, Senin (31/7/2023). Ia juga mengatakan dengan adanya bantuan program pemerintah pembuatan dan rehabilitsi irigasi tersier melalui Kementerian Pertanian (PSP), tanam padi dan panen padi tahun ini hasilnya sangat baik. Tanam padi organik dan non organik yang saat ini kami lakukan selama 20 tahun terakhir ini sangat dirasakan manfaatnya oleh para petani di sini,” katanya.
Perlu diketahui, Program Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) yang dilaksanakan Kementerian Pertanian Melalui Ditjen Prasarana Dan Sarana Pertanian (PSP) merupakan faktor penting dalam proses usaha tani yang memiliki dampak langsung terhadap peningkatan luas areal tanam dan peningkatan produksi pertanian di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Pantauan lapangan ke Kabupaten Cianjur Jawa Barat mendapatkan laporan dari petani bahwa, dengan adanya program rehabilitasi jaringan irigasi, maka ada peningkatan pada indeks tanam petani. Jika sebelumnya hanya sekali setahun, menjadi dua kali bahkan bisa sampai tiga kali setahun panen padi,” kata Asep salah satu petani di Kabupaten Cianjur Jawa Barat.
Asep juga berharap agar tahun ini ada bantuan dari pemerintah pusat untuk pembuatan sumur atau pompa-pompa untuk pengairann lahan sawah apabila fenomena el nino terjadi tahun ini. Untuk program irigasi tersier yang dibiyayai oleh pemerintah pusat, saat ini sudah berjalan baik dibeberapa titik di desa dan kecamatan di Kabupaten
Cianjur ini,” kata Asep.
Aprilian Wingyantono SP Fungsional Analisis PSP Ahli muda kantor Dinas Pertanian Perkebunan Pangan dan Hortikultura Kabuapten Cianjur Jawa Barat mengatakan, di Kabupaten Cianjur sendiri belum terlihat dampak el nino, tapi perlu diwaspadai. Salah satu solusi mewaspadainya dengan membuat sumur dalam dan pompanisasi, agar ada sumber-sumber air yang dapat mengairi sawah melalui irigasi yang baik,” katanya.
“Kedepan Perlu didorong juga pembuatan sumur dalam dan pompanisasi di area pertanaman lahan pertanian, agar nantinya kalau fenomena el nino itu membawa dampak buruk bagi pertanian kita di Cianjur petani sudah ada sumur dan pompanya untuk mengairi sawah ataupun tanaman pertanian lainnya,” tuturnya.
Aprilian juga berharap ada program pemeintah pusat untuk pembuatan sumur-sumur dalam dalam waktu dekat ini untuk mengantisipasi fenomena el nino. Biaya pembuatan sumur tersebut diperkirakan menelan biaya ratusan juta untuk satu titik yang melibatkan kelompok tani setempat untuk pengoperasiannya. Pembuatan sumur dalam dan pompanisasi akan menjadi solusi untuk pengairan sawah kalau terjadi fenomena el nino,” kata Aprilian.
Terkait program Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) kata Aprilian. tahun ini sudah berjalan 25 persen di 14 kecamatan dan 14 Desa di Kabupaten Cianjur, sumber pembiyayaannya dari anggaran DAK pusat. Ada 14 kelompok tani yang mendapatkan bantuan tersebut, ada juga program aspirasi dari salah satu partai.
Pantauan lapangan ke Kabupaten Cianjur Jawa Barat mendapatkan laporan untuk RJIT tahun lalu realisasinya ada 25 unit dan mengairi sawah 1.250 hektare sumber dananya dari APBN TP Provinsi. Ditahun yang sama RJIT ada 16 unit mengairi sawah 800 hektare sumber dana dari APBN pusat, untuk tahun 2023 ini belum ada realisasi.
Untuk Padi sawah Beririgasi Pedesaan ada di kecamatan Wrungkondang, Cibeber, Mande, Sukaresmi, Cugenang, Sukanagara, Takokak, Campaka, Tanggeung, Sindangbarang, Agrabinta, Cibinong, Cidaun, Naringgul, Campakamulya, Cikadu, Gekbrong, Cijati, Leles, Pasirkuda Tanaman Padi Gogo ada di kecamatan Cibeber, Bojongpicung, Mande, Cikalongkulon, Takokak, Pagelaran, Tanggeung, Sindangbarang, Agrabinta, Cibinong, Cidaun, Naringgul
pesawahan yang ada di Kabupaten Cianjur menghasilkan beras asli Cianjur ini hanya ada di sekitar Kecamatan warungkondang, Cugenang, Gekbrong, Cibeber, Cilaku, Campaka dan sebagian Kecamatan Cianjur. Luasnya sekitar 10,392 Ha atau 10,30 % dari luas lahan persawahan di Kabupaten Cianjur. Produksi rata-rata perhektar 6,3 ton danproduksi per-tahun 65,098 ton. Per unit irigasi tersier bisa mengairi sawah seluas 50 hektare.
Adapun Produksi tanaman Padi jenis Pandan Wangi ada di kecamatan Warungkondang, Gekbrong, Cugenang, Cibeber, Cilaku, Campaka sedangkan Padi sawah Beririgasi Teknis berada di kecamatan Cianjur, Cilaku, Ciranjang, Sukaluyu, Bojong picung, Karangtengah, Cikalong Kulon, Pagelaran, Kadupandak, Haurwangi. (Bahar/Edwin)