FENOMENA EL NINO DI KABUAPTEN CIANJUR, WASPADAI LAHAN PERTANIAN YANG MENGALAMI KEKERINGAN
Jakartanewsonline.com– Cianjur, Fenomena el nino membawa dampak pada sektor pertanian, ada sebanyak 10 kecamatan di Cianjur dinyatakan rawan kekeringan. Dinas Pertanian Perkebunan Pangan dan Hortikultura (DPPPH) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat mengimbau dibangun embung air dan pembuatan sumur dalam untuk mengatasi dampak fenomena el nino yang terjadi di jawa Barat khususnya di Kabupaten Cianjur.
Pantauan lapangan ke Kabupaten Cianjur Jawa Barat, Senin (30/10/2023) terlihat banyak sumber-sumber air yang mengalami kekeringan, Dinas pertanian setempat menghimbau untuk memanfaatkan Embung yang masih ada airnya untuk pengairan sawah. Dan embung ini berfungsi untuk mengairi lahan petani yang berpotensi kekurangan air saat musim kemarau yang diprediksi terjadi pada Agustus hingga September tahun ini.
Pantauan lapangan saat ini Kabupaten Cianjur dibeberapa kecamatan masih ada yang panen padi walaupun hanya panennya sedikit. Menurut Dinas Pertanian Perkebunan Pangan dan Holtikultura KabupatenCianjur, Jawa Barat, ada bebrapa tempat yang masih panen padi, ada juga yang mulai memasuki tanam padi.
Memasuki musim kemarau panjang dampak fenomena el nino yang melanda semua wilayah di Indonesia utamnaya di Jawa Barat, sejumlah lahan pertanian di Kecamatan Sindangbarang Cianjur mulai dilanda kekeringa serius.
Bahkan diantaranya, tanah sawah di Kampung Pojokngosok, Desa Sirnagalih Sindangbarang Cianjur terlihat retak-retak akibat tak terairi.
Menurut penuturan seorang petani, Bidin (45), sawahnya sudah tidak terairi hampir sebulan lebih. Akibatnya bisa alami kerugian hingga jutaan rupiah.
“Susah airnya kalau sudah masuk halodo (kemarau). Dan kami tidak bisa menanam padi,” ujarnya,
Jika dibanding tahun sebelumnya, kata Bidin, kemarau tahun ini dirasakan lebih parah dari tahun sebelumnya. Sampai – sampai dirinya tidak bisa menanam.
“Satu petak modalnya sekitar Rp2 – 5 juta, untuk bibit, solar traktor dan pupuk. Tahun kemarin tidak sampai retak-retak tanahnya seperti ini. Mudah – mudahan kemarau cepat usai,” jelasnya.
Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Cianjur Jawa Barat, Dandan Hendayana, SP,M saat bincang-bincang diruangan kerjanya mengatakan, saat ini di kabupaten Cianjur masih ada panen padi di beberapa tempat walaupun panennya sedikit, dan sebagian sudah ada yang tanam padi. Pihaknya juga meminta petani di sejumlah wilayah pertanian di Cianjur untuk melakukan penanaman padi lebih cepat sebagai upaya menghindari musim kemarau yang panjang dan prediksi adanya dampak fenomena el nino,” katanya.
Dandan Hendayana juga mengatakan, setiap tahunnya musim kemarau atau musim kering akan terjadi pada bulan Juli-Agustus 2023, tercatat dari 52 ribu hektar lahan pertanian di Cianjur, sekitar 8.000 hektar diantaranya terancam kekeringan.
ia juga megatakan, berdasarkan perkiraan kekeringan biasa terjadi pada bulan tersebut, sehingga petani harus melakukan penanaman dengan cepat agar tidak terjadi penurunan angka produksi. Termasuk meminta petani melakukan panen pada usia optimal guna antisipasi gagal panen terutama di wilayah selatan,” katanya.
Memasuki musim kemarau tahun ini yang biasa disebut fenomena el nino, pihaknya menggencarkan sosialisasi jadwal tanam yang dipercepat pada petani di sejumlah kecamatan yang menjadi lumbung padi Cianjur, seperti Kecamatan Karangtengah, Sukaluyu, Warungkondang dan Kecamatan Cianjur.
Berdasarkan hitung-hitungan selama ini, petani seharusnya sudah melakukan penanaman padi pada bulan Mei-Juni untuk menyelamatkan usia tanam di atas 60 hari, sehingga saat masuk musim kemarau tanaman padi sudah melewati fase vegetatif.
“Setelah melalui fase vegetatif tanaman padi tidak terlalu banyak membutuhkan air, berbagai edukasi diberikan pada petani agar sampai akhir Juni semua harus sudah melakukan penanaman,” katanya.
Untuk antisipasi lebih cepat, sudah dilakukan penyuluh pertanian di wilayah selatan yang menjadi langganan terjadinya kekeringan, karena banyak sawah tadah hujan, terlebih perkiraan BMKG musim kemarau tahun ini akan lebih lama.
Sedangkan upaya lain dengan melakukan berbagai langkah ansitipatif meski terjadinya El Nino atau musim kemarau panjang baru perkiraan karena beberapa hari terakhir masih turun hujan di sejumlah wilayah di Cianjur termasuk di wilayah selatan.
Menurut Dandan Hendayana, produktivitas panen periode masa tanam Oktober-Maret (Okt-Mar) di kabupaten Cianjur mencapai rata-rata 5,8 ton per hektare (ha). Angka itu didapat dari luas tanam yang mencapai 83.662 ha dan luas panen (telah dilaksanakan) 46.652 ha. Saat ini luas lahan yang belum dipanen atau akan diselesaikan pada Maret ini (standing crop) masih 37.634 ha.
Disebutkan pula bahwa harga gabah kering panen (GKP) di daerah itu adalah bervariasi antara 4.200 rupiah per kg hingga 4.500 rupiah per kg. Harga beras yang saat ini di pasar belum memberikan keuntungan kepada para petani. Sebab, agar untung harga beras premium harus di kisaran 14.000 rupiah per kg. Kalau hanya pada kisaran harga 11.000 rupiah hingga 12.000 rupiah per kg, para petani hanya pulang modal. (Bahar)