BALITBANG PERTANIAN KEMENTAN TERUS MELAKUKAN PENELITIAN EUCALYPTUS UNTUK MENGHAMBAT PERTUMBUHAN VIRUS CORONA DI INDONESIA
Jakartanewsonline.com– Bogor, Genap 1 tahun Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian
Pertanian melakukan penelitian dan menghasilkan produk eucaliptus. Hal ini membuktikan sektor pertanian bergerak bersama melawan COVID 19.
“Awalnya kami uji tanaman herbal dalam negeri, ada 60 tanaman herbal mulai dari empon empon seperti kunyit jahe, kita ada Balitro yang punya koleksi Nutfah aneka tanaman obat.
Dari 60 tanaman obat yang diyakini secara teoritis dan pengalaman, minyak Atsiri dari eucalyptus secara skala laboratorium mampu menghambat pertumbuhan virus Corona. “Di dunia ada 700 jenis yang dikenal, di Indonesia ada Eucaliptus minyak kayu putih dan Balitro koleksi beberapa species Eucaliptus. Demikian disampaikan Kepala Badan Litbang Kementerian Pertanian (Balitbangtan), Fadjry Djufry saat Talk Show Satu Tahun Penelitian Eucaliptus Balitbangtan,di Bogor, Rabu (5/5/2021).
Menurut Fadjry Djufry, diawali dengan tersebarnya virus Corona (Sars CoV) di Indonesia pada awal tahun 2020 dan terus menyebar di seluruh dunia menjadi pandemi global, Kementerian Pertanian yang dipimpin Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengarahkan peneliti-peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) untuk menggali potensi tanaman obat dalam negeri guna melawan serangan COVID 19.
Dengan penelitian awal selama dua bulan tersebut, Balitbangtan memberanikan diri membuat produk eucalyptus sebagai terapi penderita COVID. “Kita lakukan uji lab guna menguji varian virus corona melalui Balitvet yang sudah memiliki 4 model Corona, sars covid sekarang termasuk Beta Corona. Hasilnya, pertumbuhan virus Corona bisa terhambat dengan adanya minyak Atsiri dari eucaliptus,” bebernya.
Berbekal hasil penelitian akhirnya Balitbangtan melaunching bersamaan dengan peluncuran lisensinya oleh Cap Lang dengan produk inhaler, roll on dan kalung Eucaliptus untuk masyarakat. “Roll on inhaler dan kalung Eucaliptus kita dapatkan uji BPOM dengan klas jamu, kita akan menuju ke Fitofarmaka,” jelasnya.
Kini, Balitbangtan terus melakukan pengujian pra klinis dan klinis dengan Universitas Hassanudin dan BPOM. “Kita tengah upayakan pengujian hewan coba yang awalnya terkendala alat uji Atsiri (favour) pada hewan uji coba (mencit). Kita ciptakan alat oleh BB Mektan untuk pengujian minyak Atsiri dan akan kita patenkan,” tambahnya.
Melihat kemajuan peneliti-peneliti Balitbangtan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengapresiasi. “Kementan mengapresiasi ada produk anak negeri dan menggunakan bahan dalam negeri, sebagai ajuan terapi Covid 19,” tegas Mentan seperti dicontohkan Fadjry Djufry.
Bahkan Mentan SYL terus mendorong dan memberikan semangat untuk semua peneliti dan diharapkan produk eucaliptus bisa menjadi produk kebanggaan. “Kita akan terus berperang melawan COVID 19. Kita berharap dukungan semua pihak bisa menjadi tindakan preventif perkembangan covid 19,” kata Fadjry Djufry.
Pada acara yang sama Indi Dharmayanti, Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner dalam Talkshow Satu Tahun Penelitian Eucalyptus, di Puslitbang Perkebunan, kota Bogor juga menambahkan, selama setahun terakhir ini bersama tim penelitinya melakukan riset lanjutan terhadap eukalyptus mulai dari uji in vitro, toksisitas, hingga uji klinis, dengan menggunakan virus SARS CoV-2 atau dikenal Covid 19.
Tim yang terdiri dari peneliti Balai Besar Penelitian Veteriner, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Balai Besar Pascapanen Pertanian dan BBP Mekanisasi Pertanian, telah melakukan riset gabungan dengan melibatkan akademisi dan Ikatan Dokter Indonesia.
Hasilnya, sangat membanggakan dan menjadi harapan bagi pengobatan Covid 19 di masa mendatang. Pengujian tersebut secara umum menunjukkan bahwa bahan tunggal maupun formula eucalyptus Balitbangtan yang diuji dapat menurunkan jumlah partikel dan daya hidup virus SARS-CoV 2, serta mengurangi kerusakan sel akibat infeksi SARS-CoV-2 secara in vitro.
Hasil penelitian tersebut dinilai berdasarkan peningkatan CT Value uji realtime PCR/rRT-PCR, peningkatan nilai Optical Density uji MTT, dan mencegah munculnya cytophatic effect (CPE) pada kultur sel. Uji toksisitas per-inhalasi pada mencit tidak menunjukkan perubahan klinis, patologi dan histopatologi pada mencit yang diuji.
Sementara pada uji klinis, manifestasi klinis yang didapatkan, rata-rata durasi gejala pada kelompok yang diberikan eucalyptus lebih baik terutama pada gejala batuk, pilek dan anosmia. Demikian juga pada Nilai Neutrophil-Lymphocyte Ratio/NLR mengalami penurunan dan menunjukkan perbedaan signifikan secara statistik.
Begitu pula pada gambaran radiologi, secara umum mengalami perbaikan termasuk 5 pasien yang tergolong moderat pneumonia mengalami perbaikan setelah mendapatkan terapi eucalyptus.
“Meskipun berdasarkan uji klinis produk ini dapat membantu mengurangi gejala klinis yang dirasakan penderita Covid-19, namun penerapan protokol kesehatan dan pelaksanaan vaksinasi tetap menjadi pilihan utama dalam mencegah penularan Covid-19,” kata Indi Dharmayanti. (Bahar)