DITJEN HORTIKULTURA KEMENTAN GENJOT PENGEMBANGAN PRODUKSI TANAMAN HIAS UNTUK EKSPOR


 

 

JAKARTANEWSon- Cianjur, Menindak lanjuti arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) menggaungkan program Gratieks atau Gerakan Tiga Kali Ekspor dalam setahun untuk semua komoditas pertanian, termasuk tanaman hias ditengah pandemi covid 19 .

Pantauan media ke Kabupaten Cianjur Jawa Barat, Rabu (21/10/2020) melaporkan bahwa Ditjen Hortikultura Kementan mewujudkan dan terus genjot pengembangan tanaman hias jenis bunga krisan untuk tujuan ekspor ke negara Asean agar petani bunga di seluruh Indonesia utamanya di Cianjur Jawa Barat bisa bertahan ditengan kondisi covid 19.

Produksi tanaman hias hingga triwulan II pada 2020 berdasarkan data BPS mencapai 342.422.645 pcs. Sementara itu ekspor volumenya mencapai 4.176.294 kg atau setara dengan US$ 12.176.244. Besarnya angka ekspor benih tanaman hias menunjukkan bahwa bisnis benih tanaman hias masih sangat terbuka.

Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto yang akrab disapa Anton ini beberapa waktu lalu menjelaskan, bahwa jajarannya telah melakukan berbagai upaya untuk mendukung program Gratieks, yakni melalui GEDOR Horti (Gerakan Dorong Produksi, Daya Saing dan Ramah Lingkungan Hortikultura).

Menurut Dirjen termuda di Kementan ini, GEDOR Horti berfokus pada upaya peningkatan mutu dan produktivitas produk hortikultura melalui penerapan sistem jaminan mutu yang dibuktikan dengan sertifikasi GAP, GHP termasuk registrasi kebun. Terpenting juga, penerapan teknologi budidaya dan pasca panen untuk mengefisienkan biaya operasional usaha tani hortikultura,” ujar Dirjen Anton di berbagai kesempatan.

Ia juga mengungkapkan, Permintaan pasar akan produk florikultura setiap tahun semakin meningkat seiring dengan meningkatnya perekonomian masyarakat. Permintaan pasar terhadap komoditas florikultura tidak hanya produknya namun juga benihnya. Seiring dengan berkembangnya usaha budidaya florikultura, permintaan benih florikultura yang bermutu dari varietas unggul juga semakin meningkat,” ungkap Dirjen Anton.

Pantauan media dilapangan juga mendapatkan laporan bahwa Pertanaman bunga hias di daerah Cianjur Jawa Barat dan sekitarnya semakin diminati petani sebagai tambahan penghasilan untuk menopang ekonomi keluarga. Hal ini diungkapkan Kang Kandi salah satu petani tanaman hias di Cianjur Jawa Barat.

Di Kabupaten Cianjur saat ini, banyak petani atau buruh tani yang menanam bunga hias di pekarangan rumahnya masing-masing untuk menambah penghasilan dan penopang ekonomi keluarga. Disamping menjadi petani padi dan petani sayur mayur, petani juga menanam tanaman hias, karena dianggap tanaman hias tidak terlalu membutuhkan perawatan khusus,” kata Kandi.

Kandi saat bincang-bincang dengan media, menuturkan, kalau untuk Cianjur, pasar bunga paling besar itu ke Jakarta, tapi warga lokal cianjur dan kabupaten lain dari Jawa barat juga sering datang untuk membeli bunga , tapi sejak adanya COVID-19 benar-benar sangat lesu permintaan bunga hiasnya,” tutur kandi.

Kandi juga mengungkapkan, saat musim panen tiba, biasanya pengiriman bunga kepada pembeli dilakukan dalam waktu dua hari sekali. Namun sejak adanya COVID-19, permintaan pasokan bunga total tersendat dan kadang berhenti dari sejumlah daerah.

“Kita harus pintar-pintar mensiasati penjualan bunga hias ditengah covid corona ini. kalau pangsa pasar di setiap daerah didalam negeri lesu, kita optimis akan melakukan ekspor dengan bantuan karantina Pertanian dan bantuan Ditjen Hortikultura Kementan,” kata Kandi dengan nada optimis.

Menurut Kandi, Cianjur sebagai salah satu sentra penjual bunga dan tanaman hias di Jawa Barat bahkan di Indonesia, mengalami dampak lansung pandemi corona. Berbagai jenis bunga seperti bunga krisan, mawar, karnesen, snapdragon, dan jenis bunga lainnya tetap dipanen para petani namun sepi penjualannya. Sebulan belakangan, para petani bunga ini kehilangan pangsa pasarnya. Bahkan para petani harus menanggung kerugian puluhan rupiah setiap bulannya.

Ia pun cukup kesulitan mengakali kondisi pasar saat ini. Sementara perawatan kebun dan kebutuhan hidup keluarga butuh biaya yang tidak sedikit dan jika dibiarkan bunga-bunga akan mati dengan sendirinya, petani akan rugi, namun petani harus optimis ditengah pandemi yang melanda semua daerah bahkan diseluruh dunia,” tutur Kandi. (Bahar)

Bagikan Artikel Ini:

Berita Terkait

Top