LAHAN PANEN PADI TAHUN INI DI KABUPATEN CIANJUR SELUAS 131.176 HEKTARE


Petani Kabuapten Cianjur sedang panen padi di lahan sawah

Jakartanewsonline.com– Cianjur, Kabupaten Cianjur adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Barat. Luas Kabupaten Cianjur seluruhnya adalah 3.614,35 km². Luas lahan pertanian di Kabupaten Cianjur tyang akan panen padi tahun ini seluas 131.176 hektare.Target produksi padi sawah dan padi ladang tahun ini di kabupaten Cianjur Jawa Barat diprediksi sebesar 657.230 ton.

Produksi gabah kering panen tahun ini di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ditargetkan mencapai 801.598 ton. Target tersebut optimistis bisa tercapai mengingat tahun-tahun sebelumnya pun sejauh ini selalu melampaui pencapaian.

Kepala Dinas Pertanian (Kadistan) Perkebunan Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, Winny Parwinia mengatakan, berbagai upaya dilakukan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur untuk meningkatkan produksi padi di Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Salah satunya adalah pemanfaatan lahan untuk pertanian.

Menurut Kadistan Cianjur Winny, pertanian masih menjadi satu di antara berbagai sektor yang berkontribusi terhadap pembangunan di Kabupaten Cianjur. “Tahun ini target produksi 801.598 ton gabah kering. Sedangkan pada tahun sebelumnya pencapaiannya mencapai tidak jauh dari target tahun ini di kisaran 896 ribu ton,. Ini disebabkan banyaknya alih fungsi lahan yang dijadikan pembangunan perumahan,” kata Winny kepada media di Kabupaten Cianjur Jawa Barat, Senin (20/9/2021).

Kadistan Cianjur Winny juga menuturkan, target produksi tahun ini sebesar 657.230 ton berasal dari luas panen 131.176hektare. Sedangkan indeks pertanaman (IP) sebesar 2,13. “IP di kita (Kabupaten Cianjur) itu belum mencapai 3. Idealnya IP kita bisa mencapai 3 atau dalam setahun 3 kali panen,” jelas Winny.

Belum tercapainya IP sebesar 3, kata Winny, salah satunya dipicu masih ada sebagian lahan sawah yang merupakan tadah hujan. Terutama di wilayah selatan yang mayoritas mengandalkan hujan sebagai pengairan lahan persawahan. “Yang eksisting menggunakan jaringan irigasi itu sekitar 40.500 hektare. Sedangkan hampir 26 ribuan lagi masih tadah hujan,” katanya.

Winny juga menjelaskan, selama berlangsungnya curah hujan tinggi akhir-akhir ini, lahan pertanian, khususnya padi sawah yang terdampak bencana hidrometeorologi relatif sedikit. Ia mencontohkan seperti di Desa Batulawang Kecamatan Cipanas yang dilanda pergerakan tanah. “Cukup sedikit (lahan sawah yang rusak) akibat bencana. Di Batulawang itu sekitar 5 hektare yang terdampak pergerakan tanah,” jelasnya.

ditempat berbeda saat media melakukan pemantauan di kabupaten Cianjur mendapatkan laporan, kalau Seiring berjalannya waktu, nama Pandanwangi yang menjadi unggulan di sektor pertanian Jawa Barat khususnya Kabupaten Cianjur semakin tenggelam. Luas lahan dan jumlah petani penggarap padi Pandanwangi terus merosot. Demikian disampaika Ketua Masyarakat Pelestari Padi Pandanwangi Cianjur (MP3C), Usman Suparman di Kabupaten Cianjur.

Belum lagi kata Usman Suparman, pemasaran dan minat masyarakat untuk membeli beras Pandanwangi yang relatif rendah. Paket kendala itu dilengkapi dengan munculnya ragam produk Pandanwangi gadungan yang gentayangan di sejumlah toko beras di Cianjur.

Hingga hari ini, hanya tersisa 279 petani yang masih setia menggarap lahannya khusus untuk menanam Pandanwangi tanpa polyculture atau metode Tumpang Sari. Jumlah yang terus merosot itu mencapai persentase di angka 1.

Dari tujuh kecamatan yang ‘didaulat’ mampu menanam Pandanwangi, Kecamatan Cilakulah yang memiliki jumlah petani Pandanwangi paling banyak yaitu 67 orang. Sedangkan Kecamatan yang memiliki jumlah petani paling buncit yaitu Warungkondang dengan 15 orang.

Cilaku boleh dibilang sukses dibandingkan enam kecamatan lainnya. 67 petani Pandanwangi di Cilaku diberikan keleluasaan di tiga desa dengan menggarap luas lahan jumbo di sana. Sebut saja Desa Ciharashas dengan luas 160 ribu meter persegi, disusul dengan Sukasari 297 ribu meter persegi dan terakhir yang terluas yaitu Sirnagalih 306 ribu meter persegi.

Perlu diketahui, padi Pandanwangi hanya mampu ditanam di tujuh kecamatan yaitu di Kecamatan Warungkondang, Gekbrong, Cibeber, Cianjur, Cugenang, Campaka dan Cilaku. Masing-masing kecamatan itu rata-rata memiliki tiga desa untuk menanam Pandanwangi. Hanya Kecamatan Campaka yang memiliki satu desa yaitu Desa Margaluyu dengan luas 66 ribu meter persegi.

Angka penurunan jumlah petani dan luas lahan itu memiliki jejak buruk catatan setiap satu tahun sekali. “Setiap tahun itu ada trend penurunan jumlah petani dan luas lahan sebesar satu hingga tiga persen. Hal itu terjadi akibat lahan yang terus berkurang dampak dari pembangunan-pembangunan yang terus terjadi,” ungkap ujar Ketua Masyarakat Pelestari Padi Pandanwangi Cianjur (MP3C), Usman Suparman.

Dampak pengurangan lahan tanam Pandanwangi sangat dirasakan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Desa Sukawangi Kecamatan Warungkondang. Di Sukawangi saja, kini hanya tersisa 10 petani yang setia menanam padi Pandanwangi. Padahal, nada lantang mereka pun disuarakan kepada pemerintah daerah untuk dapat memerhatikan dan menjaga Pandanwangi di Kabupaten Cianjur.

“Saat ini hanya tiga kelompok tani yang masih menanam Pandanwangi dengan kurang lebih 10 petani yang setia menanam Pandanwangi. Di Desa Sukawangi sendiri memiliki luas lahan pertanian sekitar 250 hektar, namun hanya 15 hektar yang ditanami Pandanwangi,” tutur Ketua Gapoktan Desa Sukawangi Kecamatan Warungkondang, Solehudin.

Solehudin yang turut menjadi petani Pandanwangi inipun tertunduk miris dengan kondisi saat ini. Tak banyak petani yang menanam Pandanwangi. Ia menginginkan penanaman seperti dulu diterapkan kembali dengan menggunakan pupuk organik, sehingga Pandanwangi benar-benar murni dan tidak ada campur tangan zat kimia. Kesuburan tanahpun akan tetap terjaga.

Berkurangnya petani yang menanam Pandanwangi dikarenakan berbagai kendala. Permainan harga dari tengkulak hingga keuntungan yang dirasa kurang oleh para petani menjadi faktor-faktor vital pengurangan jumlah petani. Namun, menurut ayah dari lima orang anak ini, padahal apabila dikaji lebih dalam, Pandanwangi memiliki keuntungan dari segi ekonomis. Memang, kendala masa tanam yang lama membuat petani terlalu lama untuk proses panen.

Artinya, semakin lama masa panen maka akan semakin banyak tenaga dan waktu yang terkuras. Belum lagi, para petani akan diperhadapkan dengan ragam hama yang menyerang. Kendati demikian, demi menjaga kelestarian Pandanwangi, pria berusia 58 tahun ini pun mewajibkan setiap anggota Gapoktan diwajibkan menanam Pandanwangi setengah dari lahan pertaniannya. (Bhr)

Berita Terkait

Top