PENERAPAN IP 400, PRODUKSI PADI TAHUN INI DI BANDUNG DIPROYEKSIKAN NAIK 100 PERSEN
Jakartanewsonline.com- Tahun ini produksi padi di Bandung Jawa barat diprediksi naik 100 persen. Dengan diterapkan IP 400, Produksi Padi di Kota Bandung Diproyeksikan Meningkat. Dengan IP 400 ini. Hal ini juga tidak terlepas dari adanya irigasi dan pengairan yg baik di Kota Bandung dan sekitarnya. Dengan adanya peningkatan produksi padi tersebut, juga bisa memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya yang saat ini mayoritas berasal dari luar daerah Bandung. Hal ini terungkap saat media melakukan kunjungan lapangan ke Bandung Jawa Barat dan sekitarnya, Senin (23/5/2022).
Yayat Sukarna salah satu petani di Bandung mengatakan, Pemerintah Kota Bandung mulai menggalakkan Indeks Pertanaman (IP) 400 pada 70 ha lahan persawahan di Kelurahan Derwati, Kecamatan Rancasari, Bandung. Diharapkan dengan penerapan IP 400 tersebut, hasil produksi padi di Kota Bandung bisa meningkat 100 persen. Ini juga tidak terlepas dari adanya dukungan irigasi pengairan yg cukup baik di daerah Bandung.
Saat ini pertanaman padi di Bandung dan sekitarnya mulai menunggu panen padi. Diperkirakan bulan juni dan Juli ini sudah ada yang mulai panen padi. Petani berharap tidak ada ganguan cuaca ekstrim atau ganguan hama lainnya, sehingga panen padi tahun ini bisa maksimal hasinya,” kata yayat.
Yayat juga menjelaskan, Program Kementan melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP Kementan) seperti Irigasi tersier, pompanisasi dan embun serta bantuan mesin pertanian serta program KUR pertanian dan bantuan pupuk bersubsidi sudah banyak dirasakan manfaatnya oleh petani dari program-program tersebut,” jelasnya.
“Petani juga memanfaatkan lahan-lahan yang biasanya tidak ditanami dengan cepat, kini petani mulai memanfaatkan dan mengoptimalkan semua lahan yang ada di sini,” tutur Yayat.
Dedi Kodir salah satu petani di Kabupaten Bandung juga menambahkan, Kabupaten Bandung memiliki lahan yang cukup luas dan dapat dimanfaatkan untuk tanaman palawija dan tanaman lainnya. Selain itu, sumber daya manusia generasi muda yang dinilai cakap dalam bertani dapat terfasilitasi.
“Saya kira banyak tanah di Kabupaten Bandung yang bisa di olah dan ditanami produk pertanian, apalagi irigasi dan pengairan di daerah Bandung saat ini sudah bauk. Banyak kesempatan pasar yang kita peroleh jika kita olah lahan untuk di tanami produk pertanian. Dan disini banyak generasi muda yang mulai menekuni pertanian karena dianggap menguntungkan hasil yang diperoleh jika bertani,” ujar Dedi Kodir.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar mengatakan, Kebutuhan pangan Kota Bandung itu 96,47 persen berasal dari daerah lain. Semoga dengan rekayasa teknologi ini, 767 ha lahan persawahan yang kita punya bisa dioptimalkan,”ujarnya. Menurutnya, banyak keuntungan yang bisa diperoleh jika IP 400 ini bisa berjalan dengan lancar.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar juga mengungkapkan, dengan IP 400 ini, para petani bisa panen empat kali dalam setahun. “Biasanya Kota Bandung tanam dan panen itu dua kali dalam setahun. Dari 767 ha lahan persawahan yang tersedia, kita baru berani memulai IP 400 di 70 ha,” ungkap Gin Gin.
Menurut Gin Gin, keputusan ini diterapkan dengan melihat dari kondisi Kota Bandung yang belum bisa menyediakan lahan pertanian ideal. “Kita memiliki beberapa kendala terkait dengan pertanian yang ideal, salah satunya adalah kualitas air irigasi. Mudah-mudahan dengan contoh tahun ini kita memulai di 70 ha di Rancasari yang dikelola oleh lima kelompok tani, bisa menginspirasi kelompok tani lainnya,” imbuhnya.
Kota Bandung merupakan kota pertama di Jawa Barat (Jabar) yang melaksanakan IP 400. Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Jabar, Kusnadi mengatakan, jika melihat data dari Badan Pusat Statistik (BPS), ketersediaan beras di Jabar per kapita per tahun bisa mengalami defisit. Pada 2021, berdasarkan data KSA, produksi padi di Jabar sudah mencapai 9,3 juta ton. Jika dikonversikan ke beras, maka mencapai 5,5 juta ton. “Kalau kita pakai perhitungan dari Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) kebutuhan per kapita per tahun beras kita ada di posisi 4,5 juta ton. Kita masih surplus karena berada di 5,5 juta ton.
Namun, jika menggunakan perhitungan BPS, kebutuhan per kapita per tahun beras Jabar adalah 6,5 juta. Artinya Jabar minus atau defisit,” paparnya. Maka, Kusnadi berharap, dengan terobosan IP 400 ini, Kota Bandung bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pun dengan Jabar, bisa berkontribusi terhadap capaian produksi nasional. “Karena dari angka 9,3 juta ton padi yang kita hasilkan, Jabar telah memberikan kontribusi sebesar 16,53 persen untuk pangan nasional. Dengan kondisi ini, Jabar menempati posisi ketiga dari produksi padi,” tutur Kusnadi.
Kusnadi juga berharap, dengan diawalinya IP 400 ini di Kota Bandung, bisa memberikan motivasi untuk kota dan kabupaten lainnya di Jabar. “Kita targetkan 20.000 ha lahan persawahan di Jabar untuk menerapkan IP 400. Mungkin sekitar tiga bulan lagi, padi di Rancasari ini bisa kita panen bersama dan hasilnya lebih baik lagi,” ujarnya.
Pantauan media mendapatkan informasi , prakiraan luas panen lahan pertanian padi tahun ini di Kabupaten Bandung mencapai 19.820 hektare pada November-Desember 2021 ini. Hal itu setelah periode tanam pada Agustus-Oktober seluas 20.860 hektare. Dengan produksi gabah kering panen 123.478.600 kg atau beras 86.435.020 kg, jumlah penduduk 3,4 juta dan kebutuhan konsumsi beras 27.774.000 kg/bulan di Kabupaten Bandung.
“Kebutuhan beras antara November 2021 hingga Januari 2022 sebanyak 83.232.000 kg, maka cadangan beras mencapai 3.203.000 kg. Artinya, persediaan beras dari sisi produksi di Kabupaten Bandung untuk menghadapi Bulan puasa dan Hari Raya Lebaran Tahun 2022 ini diharapkan semua kebutuhan pangan tercukupi.
Potensi panen se Kabupaten Bandung panen mendatang diprediksi seluas 9.354 ha dengan estimasi produksi 57.195 ton gabah kering giling (GKG). Sedangkan pada Agustus nanti diprediksi panen hingga 11.037 ha dengan estimasi produksi 78.061 ton GKG. Harga rata rata Rp 4.700-/kg gabah kering panen (GKP) dan Rp 5.800/kg GKG.
“Di sini, hamparan seluas 152 hektar siap dipanen nanti dengan varietas inpari 30 dengan produktivitas sekitar 6,8 ton GKP/ hektar dan harga GKP Rp 4.700/kg. Pada musim panen diharapkan tetap jaga stabilisasi harga dan tentunya ini sekaligus menambah kesejahteraan petani.
Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Diar Hadi Gusdinar saat di konfirmasi di Kabupaten Bandung, saat media melakukan pantauan di Kabupaten Bandung mengatakan, memang betul saat ini petani di Kabupaten Bandung sudah mengoptimalkan semua lahan-lahan tidur untuk ditanami padi atau tanaman-tanaman lainnya seperti sayur sayuran. Tentunya dengan adanya dukungan pengairan dan irigasi yg sudah baik disini. Lahan-lahan pertanian di Kabupaten Bandung terus dioptimalkan untuk menghasilkan produksi padi secara kontinyu, setelah selesai panen langsung tanam lagi,” katanya.
Ia juga mengatakan, Kabupaten Bandung saat ini sudah mendekati masa panen padi. Luas tanaman padi yang diairi irigasi tersier seluas 23 ribu hektare dari jumlah luas lahan pertanian di kabupaten Bandung Barat 31 ribu hektare. Sawah tadah hujan ada 8 ribu hektare,,” kata Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Diar Hadi Gusdinar. (Bahar)