PETANI DI BANDUNG BERHARAP TAHUN INI LEBIH BESAR LAGI BANTUAN BIBIT TANAMAN PERKEBUNAN DARI KEMENTAN


Jakartanewsonline.com– Bandung, Provinsi Jawa Barat utamanya di Kabupaten Bandung Tanahnya sangat subur sangat cocok ditanami tanaman kopi dan tanaman perkebunan lainnya dan sangat berpotensi meningkatkan kesejahteraan perekonomian petani disana.

Dadang salah satu petani kopi di kawasan Kabupaten Bandung dan sekitarnya mengatakan. Ia dan petani kopi lainnya bersinergi  dengan petani lainnya untuk pengembangan tanaman di sela-sela tanaman kopi di lahannya. Ia juga berharap agar dapat bekerjasama dengan pemerintah pusat dan daerah utamnya kementerian pertanian dari sisi pengembangan dan bantuan permodalannya juga pemasarannya.

Pantauan lapangan di Kabupaten Bandung Jawa Barat, Selasa (28/3/2023) Dadang salah satu petani produk perkebunan berharap bisa mendapatkan bantuan bibit tanaman kelapa kopi dan pupuk dari pemerintah pusat dalam hal ini Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan),” kata Dadang.

Saat ini petani kopi di kawasan Kabupaten Bandung terus mengenjot hasil pertanaman kopinya dengan berbagai terobosan seperti mempromosikan hasil kopinya dengan ikut pameran di berbagai tempat dan menawarkan hasil kopinya ke berbagai pabrik kopi kemasan dibeberapa daerah,” ungkap Dadang.

Ia juga sangat berharap pada pemerintah daeran dan pusat dari Kementerian Pertanian melalui Ditjenbun Pertanian Kementan untuk dapat membantu menyiapkan mesin untuk pegolahan kopi dan minta dibiyayai oleh Program KUR dari Kementan,” harapnya.

Data Dinas Pertanian Kabupaten Bandung mencatat kopi merupakan komoditas yang paling produktif dibanding komoditas perkebunan lainnya seperti teh, tembakau,kelapa dan cengkeh. Kabupaten Bandung memproduksi 6.606 ton kopi pada tahun 2018 dan 6.671 ton pada tahun 2019.

 Penambahan produktivitas tersebut linier dengan penambahan satu juta lahan kopi di Bandung setiap tahunnya, kata Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Diar Hadi Gusdinar. Bahkan Kabupaten Bandung dipilih menjadi major strategis nasional untuk komoditas kopi.

“Kopi sejak tahun 2003 pengembangannya, mulai menanam sampai 1 juta per tahunnya. Nah karena terus ditanam, sekarang ini luasannya sekitar 11 ribu hektare di Kabupaten Bandung ini,” ujarnya kepada media.

“Karena kan ini kebetulan di sini ini ada dikelilingi gunung, dataran tinggi, jadi mendukung menghasilkan kopi arabika yang berkualitas tinggi. Nah kalau bibitnya sih dari Medan, Sigarantang, tapi karena tempat dan cuacanya yang berbeda kan aromanya berbeda dibandingkan yang dari Medannya, jadilah unggulan,” imbuhnya.

Ia juga menjelaskan kebijakan dan promosi terus menerus yang dikeluarkan oleh Pemkab Bandung menjadi alasan mengapa Kopi Bandung dilirik oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian. Kebijakan itu berlaku dari hulu atau penanaman kopi hingga ke hilir seperti kontes kopi dan pemasaran.

“Kenapa nggak di Gayo misalnya atau di Medan, atau di Toraja, atau di Bali, atau di Lampung, kenapa kok bisa begitu? Karena memang sejak beberapa tahun terakhir, Kabupaten Bandung ini punya kebijakan yang kuat dari pimpinannya, terutama pak bupati di sektor kopi,” ujarnya.

“Dia terus mempromosikan sampai ke Australia, Singapura, bahkan Norwegia, ke Kanada. Dilihat oleh kementerian begitu seriusnya, anggaran juga lumayan, apalagi promosinya terus melibatkan UMKM kopi sampai ada 45 brand kopi, di samping Malabar, ada Gunung Tilu,” imbuhnya.

Ia mengatakan Kabupaten Bandung juga sering mengirim barista kopi dalam berbagai ajang lokal maupun internasional seperti di Inggris. Lalu masuk dalam Asosiasi Kopi Master Indonesia yang hanya ada di Bandung.

“Kemudian kita menyelenggarakan Kontes Kopi Specialty Indonesia (KKSI), itu selalu setiap selalu ada KKSI, kopi dari Bandung menjadi juara, itu yang diselenggarakan KKSI Asia Tenggara,” imbuhnya.

Namun potensi besar itu juga berbarengan dengan beberapa masalah yang dihadapi. Misalnya kopi dari petani yang sudah dibeli terlebih dulu bahkan sebelum panen. Hal ini juga yang membuat branding Kopi Bandung kurang kuat.Salah satu tempat menarik untuk belajar tentang kopi adalah Kopi Malabar Indonesia di Desa Margamulya, Kabupaten Bandung.

Pengunjung juga bisa menikmati agrowisata di sini.Salah satu tempat menarik untuk belajar tentang kopi adalah Kopi Malabar Indonesia di Desa Margamulya, Kabupaten Bandung. Pengunjung juga bisa menikmati agrowisata di sini.

Program major project strategis yang akan mendirikan satu perusahaan penampung kopi dari petani diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Selain itu menurut Marketing Kopi Malabar Indonesia, Agung Budiyono, setiap brand kopi di Bandung juga harus lebih menonjolkan branding Kopi Bandung.

“Jadi nama-nama setiap daerah itu terjaga. Kan (biasanya orang) Medan ke sini datang setahun sekali cuma beli kopi. Yang dibeli cuma seenaknya, harganya Rp 6 ribu, Rp 7 ribu. Sistem mereka ijon, melihat proses pohon kopi yang sudah berbunga, mereka masukkin uang ke petani. Jadi petani nggak bisa ke mana-mana. Jadi (biasanya petani) asal ceplak (harga) aja,” imbuhnya.

Salah satu tempat menarik untuk belajar tentang kopi adalah Kopi Malabar Indonesia di Desa Margamulya, Kabupaten Bandung. Pengunjung juga bisa menikmati agrowisata di sini.Salah satu tempat menarik untuk belajar tentang kopi adalah Kopi Malabar Indonesia di Desa Margamulya, Kabupaten Bandung. Pengunjung juga bisa menikmati agrowisata di sini.

Hal itu menurutnya yang membuat Kopi Bandung kurang populer. Namun ia yakin Kopi Bandung masih membayangi ketenaran Kopi Gayo dan Toraja. “Intinya kita kurang power, angkanya kurang. Jadi dulu kan Indonesia terkenalnya (kopi) Gayo, Lampung, Toraja ya kan. Terus Malabar atau Kopi Bandung tuh posisinya ada di sini (menunjukkan jari ketiga). Gayo tetap di atas, Toraja di sini (kedua), Java Preanger atau Kopi Bandung atau Kopi Jawa Barat mendekati,” pungkasnya.

Sebagai informasi, Kopi Malabar Indonesia merupakan agrobisnis kopi dari hulu ke hilir dan merupakan UMKM binaan bank BRI. Kopi Malabar mendapat bantuan CSR home stay dari Bank BRI untuk penginapan peserta pelatihan. Selain itu, para petaninya juga mendapat bantuan KUR peternakan domba yang terintegrasi dengan kebun kopi di kaki Gunung Malabar.

Acep Munandar pembina penyuluh pertanian ahli muda Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat juga menambahkan, saat ini sedang mengawal program aspirasi pertanaman kopi dan kelapa dibeberapa kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Tanaman Tahunan ada Pertanaman kopi arabika di 100 ha di Tasik, 200 ha pertanaman kelapa di daerah pangandaran ,” katanya.

Tanaman kopi di Jawa Barat ini dominan kopi arabika yang di tanam petani kopi disini. Kopi arabika dari sisi kualitas punya aroma yang sangat bagus dan diminati semua pengemar kopi. Dari sisi harga juga lebih mahal dari kopi robusta. Tapi Banyak juga yang tanam kopi Robusta karena dinilai banyak juga peminatnya. masing-masing punya segmen pasar,” katanya.

Saat ini Ia juga sedang mengawal pelatihan-pelatihan mengenai pengembangan pertanaman kopi dan kelapa dan tanaman tahunan lainnya. Di jawa barat ini tingkat kesadaran petani kopi dan kelapa sudah tinggi, berlomba lomba menanam kopi untuk komoditas ekspor dan untuk dikomsumsi di dalam negeri sendiri,” kata Acep Munandar.  (Bahar)

Berita Terkait

Top