PETANI MILENIAL TASIKMALAYA MULAI JAJAKI EKSPOR PRODUK PERTANIAN LEWAT BARANTAN
JAKARTANEWSon- Tasikmalaya, Saat ini Para generasi muda atau populer disebut generasi petani milenial harus terus diarahkan untuk tertarik dibidang pertanian utamanya menjajaki ekspor produk pertanian ke berbagai negara. Karena ini peluang yang menjanjikan. Ada 10 komunitas di Tasikmalaya setiap tahunnya masih harus mendatangkan dari luar. Demand lebih tinggi dari pada supply. Demikian disampaika H Murjani, Anggota DPRD Kota Tasikmalaya dari partai Gerindra kepada media, Sabtu (17/10/2020).
Murjani juga mengajak petani milenial Tasikmalaya kembangkan pertanian untuk produk ekspor melalui Badan Karantina Pertanian (BARANTAN) Kementan. Generasi milenial bisa menggambungkan pertanian dengan teknologi. Sehingga penggaerapnnya bisa lebih modern dan lebih mudah. Hal tersebut bisa dikembangkan agar pemuda sukses bertani.
Menurut Murjani, dalam mengajak petani milenial Tasikmalaya kembangkan pertanian, tak harus bergelut dengan persawahan yang identik dengan lumpur dan kotor. Namun bisa mencoba bertani sayuran dan menanam tanaman hias menggunakan sistem hidroponik. Saat ini hidroponik tengah digandrungi, karena panen lebih cepat dan memiliki pemasaran yang menjanjikan. “Selama ini sekitar 90 persen pasokan sayuran dari Garut,” katanya.
Murjani juga mengaku saat ini tengah mengembangkan sistem hidroponik bersama para milenial Tasikmalaya. Ke depan, seluruh pasar modern diprioritaskan menjual sayuran produk lokal dengan teknik hidroponik ataupun Horeka.
“Dalam waktu dekat akan berdiskusi dengan PHRI, hotel dan restauran. Nantinya menjadi sasaran untuk marketnya,utamnaya untuk tanaman hias” ungkap Murjani.
Menurutnya, pertanian merupakan sektor yang menjanjikan. Karena bisa mengatasi krisis ekonomi di masa pandemi Covid-19. Termasuk sebelumnya bisa bertahan di krisis moneter tahun 1998 lalu. Hanya saja, saat ini pertanian banyak digarap oleh orang tua. Untuk itu ia mengajak milenial Tasikmalaya kembangkan pertanian.
“Pertanian ini berpotensi dikembangkan, sektor yang bisa bertahan dalam berbagai kondisi. Termasuk di masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) saat ini. Sekaligus menyambut program Pemkot Smart City, menuju era digital,” jelasnya.
Murjani menyerap aspirasi para Gapoktan, dimana hasil pertanian tidak ada harga pasti sehingga menyebabkan petani merugi. Pihaknya akan membahas dan memikirkan solusinya, agar petani tidak sulit memasarkan hasil taninya.
“Edukasi tentang model marketing itu perlu. Perda usaha mikro akan segera terbit. Saya sebagai salah satu diantaranya pimpinan Pansus pembahasan usaha mikro,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, Kang Deden salah satu petani tanaman Hias saat diwawancara media di Tasimalaya mengatakan, walaupun beberapa bulan terakhir ini penjualan tanaman hias agak lesu tapi kami optimis akan bangkit lagi dan optimis ada peluang ekspor,” katanya.
Kita harus pintar-pintar mensiasati penjualan bunga hias ditengah covid corona ini. kalau pangsa pasar didalam negeri lesu, kita optimis akan melakukan ekspor dengan bantuan karantina Pertanian dan bantuan Ditjen Hortikultura Kementan,” kata Deden dengan nada optimis.
Menurut Deden,sebagai salah satu sentra penjual bunga dan tanaman hias di Jawa Barat bahkan di Indonesia, mengalami dampak lansung pandemi corona.Berbagai jenis bunga seperti mawar, karnesen, snapdragon, dan jenis bunga lainnya tetap dipanen para petani namun sepi penjualannya. Sebulan belakangan, para petani bunga ini kehilangan pangsa pasarnya. Bahkan para petani harus menanggung kerugian puluhan bahkan ratusan juta rupiah setiap bulannya.
Deden juga mengungkapkan,saat ini pasar bunga paling besar itu Jakarta, serta hampir memasok ke seluruh wilayah lainnya di Indonesia, tapi sejak adanya COVID-19 benar-benar sangat lesu permintaan bunga hiasnya.
Menurut Deden, saat musim panen tiba, biasanya pengirim bunga kepada pembeli dilakukan dalam waktu dua hari sekali. Namun sejak adanya COVID-19, permintaan pasokan bunga total tersendat dan kadang berhenti dari sejumlah daerah. (Bhr)