INDONESIA NEGARA PERTAMA DI ASIA, JADI TUAN RUMAH KONFERENSI SMART AGRICULTURE


 

 

 

JAKARTANEWSon- Bali, Indonesia adalah Negara pertama di Asia yang diwakili Kementerian Pertanian menjadi tuan rumah Global Science Conference on Smart Agriculture ke-5. Acara ini diselenggarakan di Ayana Hotel, Jimbaran, Selasa (8/10).

Hadir mewakili Menteri Pertanian, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Dr. Fadjry Djufry dalam pembukaan acara menyampaikan bahwa sudah saatnya pertemuan yang baru pertama kali diadakan di Asia ini mengangkat tema perubahan sistem pangan dalam kondisi perubahan iklim.

“Tema tersebut mengimplikasikan bahwa kita tetap harus bergerak untuk produksi (pangan) namun tidak berhenti di sana tetapi juga tetap harus memikirkan fase panen dan pasca panen, serta fase konsumsi,” ujar Fadjry.

Dari sisi produksi pangan, Fadjry menyebutkan bahwa dengan iklim ekstrem saat ini telah menempatkan petani dalam situasi yang lebih rentan. “Tantangan kami adalah bagaimana menghasilkan strategi manajemen berbasis sains untuk meningkatkan kapasitas petani untuk beradaptasi dengan iklim ekstrem dan meningkatkan ketahanan sistem pertanian mereka,” tambahnya.

Terkait konsumsi, ditekankan bahwa masalah yang dihadapi saat ini adalah banyaknya makanan atau sisa makanan yang terbuang percuma dikarenakan berlimpahnya pangan di satu level masyarakat, namun di sisi lain ada yang mengalami kekurangan makanan serta masalah gizi.

Lebih lanjut dikatakan Fadjry, hal tersebut sangat terkait dengan perilaku manusia itu sendiri dan untuk mengubahnya tergantung strategi yang digunakan. Hal ini lah menjadi salah satu alasan konferensi diadakan, dimana peneliti-peneliti kelas dunia dari berbagai negara berkumpul mencari jalan keluar isu tersebut.

“Saya menyadari bahwa hingga saat ini belum ada kementerian atau instansi pemerintahan di negara yang bergerak mengatasi food waste dan isu bukan lah hal yang mudah untuk diajukan ke para penentu kebijakan,” ujar Fardjry.

Fadjry optimis bahwa konferensi ini akan mampu menghasilkan strategi untuk meminimalisir mubazirnya makanan. “Meskipun, saya menyadari akan adanya tantangan tersendiri dalam menyusunnya khususnya di struktur pemerintahaan saat ini di hampir setiap negara,” ujarnya.

Kepala Balitbangtan juga menambahkan perlu adanya keterkaitan antara sistem produksi dan pola konsumsi yang lebih bijak. “Kita perlu melakukan upaya maksimal bahwa, dengan meningkatkan produksi pangan, kita tidak menambah jumlah emisi gas rumah kaca. Sekali lagi, saya yakin bahwa konferensi ini akan dapat mengusulkan strategi untuk peningkatan produksi dan sistem konsumsi dengan dampak negative lingkungan secara minimum,”  kata Fadjry.  (Bhr)

Berita Terkait

Top