ANGGARAN KEMENTAN TAHUN 2022, DAN TARGET CAPAIAN PRODUKSI PERTANIAN
Jakartanewsonline.com- Tahun 2022, anggaran ketahanan pangan mencapai Rp 76,9 triliun. Anggaran ini diarahkan untuk peningkatan keterjangkauan dan kecukupan pangan yang beragam, berkualitas, bergizi, dan aman; peningkatan produktivitas, pendapatan petani dan nelayan melalui penguatan kapasitas petani dan nelayan.
Tak hanya itu, anggaran juga dimaksudkan untuk penguatan akses terhadap input produksi, penyediaan sarana prasarana pertanian dan perikanan, serta mendorong mekanisasi dan penggunaan teknologi; dan diversifikasi pangan dan kualitas gizi. Lalu, perbaikan iklim usaha dan daya saing; serta penguatan sistem pangan berkelanjutan (pengembangan food estate).
Adapun Strategi ketahanan pangan nasional penting, karena menjadi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi setiap saat dan mempunyai peran yang vital bagi kehidupan suatu bangsa. Semasa pandemi, sektor pertanian juga menjadi penopang pangan yang terus bertumbuh positif ketika sektor lain mengalami kontraksi, bahkan berkontribusi terhadap ekspor. Karenanya, ada 3 (tiga) arahan Presiden terkait sektor pertanian. Pertama, Kepala Negara menyoal fokus perhatian yang selama ini hanya tertuju pada upaya peningkatan produksi pertanian di on-farm dan tidak pernah menyentuh off-farm, terutama pasca produksi.
Petani perlu keluar dari aktivitas onfarm menuju ke off-farm dengan memberikan nilai tambah aktivitas usaha tani melalui pengolahan produk pertanian dan perikanan maupun pengembangan usaha berbasis pertanian dan perikanan. Kedua, untuk masuk ke off-farm, para petani perlu skema pembiayaan dan juga mendapatkan pendampingan. Oleh karenanya KUR agar didesain dengan skema-skema khusus per klaster sehingga bisa sesuai dengan kebutuhan grace period produksi klaster pertanian.
Tapi pembiayaan harus diikuti dengan pendampingan-pendampingan, baik dalam pengelolaan keuangan, membuat kemasan yang baik, packaging yang baik, branding yang baik, dan juga marketing yang baik. Ketiga, mendorong usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), petani yang selama ini bergerak dalam skala ekonomi kecil untuk bergabung dan berkolaborasi dalam kelompok atau korporasi besar.
Dengan demikian, akan memiliki nilai skala ekonomi yang besar pula, sehingga dalam korporasi petani bisa lebih efektif dalam mendapatkan bahan baku, mengakses modal kerja dan investasi, dan melakukan upaya untuk memasarkan produk mereka agar masuk ke supply chain nasional maupun global. Sesuai dengan hal tersebut, Kementerian Pertanian (Kementan) Tahun 2022, tetap fokus terhadap pemenuhan pangan, penyediaan bahan baku industri dan ekspor.
Dengan mengacu Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2022 dengan Tema “Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural” dan dalam rangka mendukung Prioritas Nasional, yaitu PN1 (memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan berkualitas dan berkeadilan), dan juga Program Prioritas (PP), yaitu PP3 (peningkatan ketersediaan, akses dan kualitas konsumsi pangan) dan PP6 (peningkatan nilai tambah, lapangan kerja dan investasi di sektor riil dan industri). Kementan telah menetapkan 5 (lima) program utama, yaitu: (1) Program Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas; (2) Program Nilai Tambah dan Daya Saing Industri; (3) Program Riset dan Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; (4) Program Pendidikan dan Pelatihan Vokasi; dan (5) Program Dukungan Manajemen.
Pertajam Program
Adapun penajaman program utama Kementan 2022 antara lain program Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas, dimana kegiatan ini tersebar di Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Hortikultura, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Badan Ketahanan Pangan dan Badan Karantina Pertanian, dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 6,49 triliun;
Kemudian ada Program Nilai Tambah dan Daya Saing Industri: kegiatannya tersebar di Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Hortikultura, Ditjen Perkebunan dan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan senilai Rp. 1,74 triliun; Untuk Program Riset dan Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi akan dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian senilai Rp. 356,8 miliar.
Program Pendidikan dan Pelatihan Vokasi akan dilakukan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) senilai Rp. 770,3 miliar; Hingga Program Dukungan Manajemen yang ada pada seluruh Eselon I dengan anggaran Rp. 5,09 triliun.
Adapun Pagu Anggaran tahun 2022 sebesar Rp 14,45 triliun, baik untuk pagu per program maupun pagu menurut sumber dana telah dialokasikan ke 11 Eselon I, dengan rincian sebagai berikut: Sekretariat Jenderal Rp. 1.66 triliun, Inspektorat Jenderal Rp. 97,68 miliar, Ditjen Tanaman Pangan Rp. 1,77 triliun, Ditjen Hortikultura Rp. 1,04 triliun, Ditjen Perkebunan Rp. 1,31 triliun, Ditjen PKH Rp. 1,85 triliun, Ditjen PSP Rp. 2,61 triliun, Badan Litbang Pertanian Rp. 1,33 triliun, BPPSDMP Rp. 1,09 triliun, BKP Rp. 577,39 miliar dan Barantan Rp. 1,10 triliun.
Pada tahun 2022, Kementerian Pertanian menargetkan produksi komoditas utama, seperti padi sebesar 55,20 juta ton; jagung 20,10 juta ton; kedelai 0,20 juta ton; bawang merah 1,64 juta ton; cabai 2,87 juta ton; gula tebu 2,30 juta ton; dan daging sapi/kerbau 0,44 juta ton. Selain itu, beberapa komoditas lain juga turut menjadi perhatian, yakni kakao 780,9 sebesar ribu ton, kopi 795,45 ton, kelapa 2,86 juta ton dan bawang putih sebesar 91 ribu ton.
Namun, angka tersebut sejatinya belum cukup untuk memenuhi besarnya kebutuhan pangan dalam negeri. Misalnya bawang putih, rata-rata kebutuhan komoditas ini secara nasional lebih dari 500.000 ton yang kemungkinan besar dipenuhi dengan impor. Begitupun dengan daging sapi, di mana kebutuhan komoditas ini setiap tahun mencapai 700 ribu ton, sehingga sisanya dipenuhi dengan cara impor.
Sebagai penutup, APBN di tahun 2022 harus bisa menjadi instrumen utama untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi, memperkuat daya tahan ekonomi, mengakselerasi daya saing, utamanya daya saing diekspor dan daya saing investasi. Dimana Consumer Confidence Index sudah mulai pulih. Selain itu diharapkan, tingkat pengangguran tahun depan akan menurun pada level 5,5 hingga 6,3 persen, tingkat kemiskinan akan bisa turun di bawah 9 persen lagi, yaitu antara 8,5 hingga 9 persen, Gini Ratio akan membaik di 0,376 hingga 0,378,Indeks Pembangunan Manusia akan terus meningkat di 73,41 hingga 73,46, selanjutnya nilai tukar petani, akan dijaga di atas 100 yaitu 103 hingga 105. (sumber Kementan/Bhr)